Dalam beberapa hari terakhir setelah Ramadhan
berlalu, kita sering membaca kiriman dari teman-teman di jejaring sosial
tentang kesedihan mereka karena ditinggalkan Ramadhan. Ya! Orang
beriman mana yang tidak sedih ditinggalkan Ramadhan? Satu bulan mulia
yang ternyata berlalu dengan cepat dari hadapan kita.
Namun demikian, ditengah kesedihan kita tersebut,
bukan berarti setelah Ramadhan berlalu kita secara keseluruhan
melepaskan nilai-nilai yang terkandung didalamnya, dan hanya menyisakan
kesedihan karena ditinggalkan Ramadhan. Kalau selama ini kita sering
menantikan kehadiran bulan Ramadhan di hari-hari kita, mengapa tidak
kita sendiri yang "menjemput"-nya?
"Menjemput" bulan Ramadhan? Mungkinkah? Kenapa tidak?!
Tentunya yang saya maksud disini
bukanlah bulan Hijriyah Ramadhan, melainkan menjemput dan memelihara
nilai-nilai yang terkandung pada bulan tersebut. Mengapa demikian?
Beberapa alasan yang menyebabkan
kita berharap segera datangnya Ramadhan adalah karena banyaknya amalan
yang bisa kita lakukan didalamnya dan pahala dari amalan tersebut akan
dilipatgandakan sesuai janji-Nya Allah, insya Allah. Jika kita lihat dari
segi jumlah, hanya sedikit amalan Ramadhan yang hanya bisa kita lakukan
pada bulan tersebut dan tidak bisa kita lakukan pada bulan lain, yaitu:
puasa wajib, shalat tarawih, membayar zakat fitrah, dan iktikaf pada 10
malam terakhir. Sisanya: Qiyamul Lail (tahajud dan witir), tilawah
Quran, bersedekah, membiasakan sholat rawatib, senyum kepada orang lain,
menjaga pandangan, menjaga lidah dari ghibah, memperbanyak berbuat
kebaikan dan lain-lain, bukankah amalan-amalan tersebut bisa kita
lakukan sepanjang waktu?
Oleh karena itu, mari kita "jemput"
sendiri amalan-amalan yang dulu sering kita lakukan pada bulan
Ramadhan. Jangan sampai kita beranggapan bahwa amalan-amalan
tersebut hanya sanggup dilakukan saat Ramadhan, sementara jika Ramadhan
berakhir, kita tidak mau lagi melaksanakannya. Bahkan, amalan-amalan
tersebut mestinya lebih meningkat saat Ramadhan telah berlalu, baik
secara kualitas maupun kuantitas, karena jika demikian, kita telah
berhasil menjadikan Ramadhan sebagai bulan tarbiyah (pendidikan) bagi
kita semua.
Kalau saat Ramadhan kita bisa giat
beribadah, mengapa sekarang tidak? Bukanlah urusan pahala adalah haknya
Allah? Tugas kita hanyalah ikhtiar dan mempersembahkan amalan terbaik
kepada Allah dan disertai dengan do'a tentunya. Wallahua'lam.