Pukul sepuluh malam, 7 September 2010 dari arah Jakarta aku memasuki Purwokerto, laksana duapuluh tahun yang lalu pelan-pelan kumulai menyisiri jalan Jenderal Soedirman, alun-alun, Kebondalem dan akhirnya masuk ke Jl. Prof Boenyamin menuju arah Grendeng . Ada tersirat kenangan-kenangan yang menggodaku waktu kucoba perhatikan sepanjang jalanan disekelilingku, banyak yang berubah dan hampir tak kupercayai kalau inilah jalanan kota pelajarku , kota yang memberikan landasan disiplin ilmuku.
Andai sudah tak ada Rumah Sakit DKT, tak ada Pasar Glempang, tak ada lagi SKB pasti aku sudah mengatakan bahwa ini memang bukan jalan ke Grendeng……banyak yang baru, banyak yang berubah, stadion sudah direlokasi di belakang DKT, sepanjang Prof. HR.Boenyamin sekarang ada café, butik-butik, resto-resto, hotel-hotel, ATM-ATM, kesan pada suasana kost-kost mahasiswa di jalan tersebut sudah tak begitu menonjol dibandingkan dengan penampakan suasana perkotaannya.Namun waktu memasuki jalan kampus sampai dengan kampus Unsoed Karangwangkal, suasana lingkungan mahasiswa mulai tampak kembali, banyak pemuda-pemudi membawa tas ransel di punggungnya, serta yang mahasiswa tehnik membawa gambar-gambar tekhnik. Ada beberapa ruang bisnis memang….seperti pusat rental / pengetikan computer, warung-warung makan mahasiswa, toko buku maupun foto copy yang menandakan adanya wilayah daerah sekolahan/universitas.
Tak puas sampai disitu aku mencoba mengenang rumah sementaraku dahulu (rumah kost) yang sudah merupakan kampung halamanku yang ke dua. Di ujung jalan Cendrawasih satu persatu wajah-wajah yang tak asing bagiku mulai kukenal, sebagian yang masih mengenalku mulai menyapa, berbincang sejenak untuk saling menanyakan kabarnya. Di jalan cendrawasih 95% kecuali mahasiswanya tentunya (keculai yang dapat anak ibu kostnya pasti sdh menjadi penduduk) hampir tak ada perubahan yang berarti, semua masih seperti dulu,bentuk rumah kostnya, kehidupannya, masih akrab, kekeluargaan, guyub, dan saling tolong menolong.
Dulu harga kamar kost sekitar grendeng ini berkisar Rp. 15.000 s/d Rp. 20.000 per bulannya, sekarang sudah hampir tak ada yang bulanan, sekarang rata-rata Rp. 3.000.000,- s/d Rp. 5.000.000,- per tahun dan hampir mempunyai fasilitas kamar mandi dalam.
Yang paling penting di ambil hikmahnya adalah waktu aku datang ke rumah kostku dulu, aku sudah dianggap bagian dari keluarga besar yang dinantikan kedatanganya…weleh weleh, aku anak kost yang mudik ke orang tua kostnya.
Dari cerita di atas aku hanya ingin menyampaikan bahwa betapa warga Grendeng tak begitu saja dan begitu mudah melupakan kita, namun adakah rasa kerinduan kita akan budi baik ibu/bapak kost kita dulu, ataukah karena kesibukan kita menjadikan ingatan kita memang sudah susah mengingatnya??.
Wassalam
Dari cerita di atas aku hanya ingin menyampaikan bahwa betapa warga Grendeng tak begitu saja dan begitu mudah melupakan kita, namun adakah rasa kerinduan kita akan budi baik ibu/bapak kost kita dulu, ataukah karena kesibukan kita menjadikan ingatan kita memang sudah susah mengingatnya??.
Wassalam