Pengantar Redaksi:
Tergelitik polemik dalam "obrolan arek-erek" di Blog ini, yang sudah berkaitan dengan perbedaan pendapat tentang suku dan ras, sehingga untuk mencairkan suasana perlu adanya suatu "pencerahan" yang dapat menetralisir. Berikut sumbangan tulisan dari salah satu warga blog WCB sebagai pencerahan yang sangat bagus, kami berharap dapat menyejukkan komunikasi blog WCB.
Sungguh demi Allah aku lagi bebal ide, dicekoki gelitikan yang mestinya bisa melahirkan banyak tulisan malah buntet, nggak ‘mbrujul-mbrujul’ juga itu gagasan. Terpaksa aku nglurug ke guru spiritualku kulakan tulisan untuk teman-temanku yang lagi berpolemik tentang ungkapan ‘falsafah’ Jawa, yang digulirkan oleh salah satu di antara mereka. Guru spiritualku juga geleng-geleng kepala lantaran ia merasa bukan Jawa sepenuhnya, beliau orang Osing yang konon menurut kakek neneknya ia merupakan generasi tri hybrid, ditubuhnya mengalir darah Jawa, Madura dan Bali. Jadi kalau diminta ngomong tenmtang falsafah Jawa, beliaunya mesasa tidak jangkep alias kurang PD. Tapi karena sungkan sama muridnya yang mbaleng seperti aku ini akhirnya nyoba urun rembug juga, “tapi yo ojo dianggep bener nek ora bener lho yo”, katanya.
“Ungkapan Ojo Kagetan, Ojo Gumunan dan Ojo Dumeh sesungguhnya hanya sebagian kecil ungkapan Jawa, masih segudang ungkapan bijak yang melingkupi kehidupan orang Jawa. Tetapi memang diakui tiga ungkapan di atas adalah merupakan ungkapan Jawa yang paling banyak diketahui masyarakat umum. Orang bilang tiga ungkapan ini memang sangat relevan mewakili kondisi masyarakat kita yang rindu pada ketenangan, rindu akan kemakmuran dan rindu akan kebijaksanaan. Masyarakat kita sedang dilanda sikap yang terkesan dengan mudahnya digiring pemikiran dan perhatiannya, dipingpong dari isu satu ke isu lainnya, juga dengan mudah melupakan permasalahan satu ketika dihadirkan permasalahan lain yang baru. Kita adem ayem melupakan permasalahan KPK dan Polisi, ketika muncul Kasus Century, Century yang heboh terlupakan atas penampilan Gayus, demikian seterusnya sekarang lakonnya ‘acaman bom’.