Disuatu hari baginda nabi Isa Alamasih dirumahnya kedatangan seorang sahabat yang hendak bersilahturahhmi dan berdiskusi dengan beliau, sang baginda nabi tentunya sangat bersuka cita menerima kunjungan seorang sahabat tersebut, mempersilakan dengan santun untuk masuk ke ruangan tamu rumah beliau. Perbincangan awal layaknya seorang sahabat dimulailah yang tentunya dengan sangat asyik hingga akhirnya sang nabi menghidangkan secangkir teh dan dua potongan roti besar yang dimaksudkan sang nabi untuk dinikmati bersama dengan sang tamu, sementara beliau meninggalkan tamunya masuk kedalam rumah.
Tak lama berselang setelah selesai, baginda nabi menemui tamunya kembali, di meja tamu beliau sudah tidak lagi melihat dua potongan roti besar yang tadi beliau hidangkan. Untuk hal tersebut sang nabi menanyakan kepada sang tamu “sahabatku, tadi aku membawa dua potong roti besar, satu untukmu dan satu untukku, bagian yang untukku dimana sahabatku?”, sang sahabat dengan singkat menjawab “bukanya tadi hanya satu potong saja ya alahi salam yang kau berikan padaku?”.
Sang Alahi salam, berfikir apa maksud sahabat ini mengatakan bahwa aku hanya memberikan satu potong roti?, ahkirnya beliau berkata “ya sudah tidak apa, bagaimana kalau sekarang kita berburu saja, sahabatku?”, sang sahabat menyambut gembira “ ya alahi salam saya tahu tempat di mana banyak burung dan hewan lain yang dapat dijadikan tempat berburu yang mengasyikkan”. Akhirnya sang nabi, mengikuti sahabatnya ke suatu tempat di hutan yang menurut sahabatnya tempat yang paling bagus untuk berburu.
Di tempat perburuan yang ia maksudkan, sang sahabat melihat seekor rusa yang gemuk dan gagah yang sangat bagus apabila dijadikan sasaran anak panah dari busurnya sebagai binatang buruannya, namun sayang rusa tersebut sudah tewas duluan setelah dikejar dan diterkam oleh raja hutan, melihat hal tersebut sang sahabat kelihatan sekali rasa sesalnya. Sang baginda nabi tanggap atas hal tersebut, beliaupun berkata “sahabat dengan ijin serta ke-Esa-an Allah aku akan menghidupkan rusa tersebut, dengan satu syarat kau menjawab pertanyaanku akan keberadaan sepotong roti bagianku tadi, sehingga kau dapat memburu kembali rusa tersebut”, sang sahabatpun berkata “ya alahi salam”, selanjutnya dengan mukjizat yang telah diberikan Allah kepada Nabi Isa A.S, sang baginda nabipun membangunkan serta menghidupkan kembali rusa yang telah mati.
Melihat hal tersebut sang sahabat sesuai janjinya menjawab pertanyaan sang baginda nabi “ ya alahi salam, bukanya sudah aku katakan bahwa engkau hanya membawa satu potong roti dan penghidupan rusa yang baru saja kau tunjukkan itu bukannya hanya sulap belaka?!!!”. Mendengar hal tersebut sang baginda nabipun menyadari bila sahabatnya ini belum membuka hatinya untuk jujur dan belum mau mengakui adanya kekuatan yang lebih ghaib dari kekuatan manusia, sehingga masih menganggapnya sebagai sulap, untuk hal tersebut sang baginda nabi tetap bersabar hati dan mengajak sahabatnya berburu ditempat lain.
Sang sahabat seperti semula menyatakan “ ya alahi salam saya tahu tempat yang lebih baik lagi”, sang baginda nabipun mengikuti sahabat berjalan ketempat yang dimaksud sahabat. Namun dalam perjalanan ketempat yang dituju, turun hujan dengan sangat derasnya disertai badai dan petir yang menyambar-nyambar, mereka berduapun berhenti sejenak tidak menerusksan perjalanan menunggu redanya hujan serta badai.
Sesaat setelah hujan reda timbullah masalah baru, lembah yang tadinya bisa dilewati kini tergenang air bagaikan lautan yang membelah daratan yang tak bisa dilewati, sang sahabatpun risau kembali dan berkata ”hai alahi salam bisakah kau tunjukan sulapmu untuk menghentikan lautan di hadapan kita ini” sang baginda nabipun menjawab “sahabat bila Allah menghendaki aku akan mensurutkan lautan ini dan ini bukan hal yang hebat bagi Allah, dengan satu syarat kau menjawab pertanyaanku akan keberadaan sepotong roti bagianku tadi, sehingga kita dapat melanjutkan perburuan”, sang sahabatpun berkata “ya alahi salam”. Dan sekali lagi dengan mukjizat yang telah diberikan Allah kepada Nabi Isa A.S, sang baginda nabipun mensurutkan lautan di depannya sehingga menjadi lembah kembali yang bisa dilewati.
Namun apa kata sahabat nabi “ ya alahi salam, bukanya sudah aku katakan bahwa engkau hanya membawa satu potong roti dan pensurutan lautan ini yang baru saja kau tunjukkan itu bukannya hanya sulap belaka?!!!”. Mendengar hal tersebut sang baginda nabipun menghela napas dan menyadari bila sahabatnya ini belum juga membuka hatinya untuk jujur dan belum mau mengakui adanya kekuatan yang dipunyai oleh Allah sang Maha pencipta Alam ini, “,
Akhirnya pada saat tiba di perbukitan lain tempat untuk berburu, mereka berdua beristirahat, sang sahabat berkata pula “ ya alahi salam perutku mulai lapar bagaimana kalau kau tunjukkan kembali kemampuan sulapmu untuk membuat makanan di tempat yang gersang ini”, sang baginda nabipun masih bersabar dsn beliaupun berdoa agar sahabatnya ini segera sadar akan sifat tidak baiknya dan mengakui adanya kekuatan dan kekuasaan yang dipunyai oleh Allah SWT.
Sang baginda nabipun menjawab “sahabat mengenai makanan ini adalah hal yang sangat kecil bagi Allah bila menghendaki, sekarang ambil tiga batu satu untukmu, satu untukku, sedang yang satu letakkanlah ditengah-tengah antara kita”, sang sahabat kemudian mengambil tiga batu satu batu besar untuknya, satu batu sedang untuk sang nabi dan satu batu kecil ia letakkan di antara sahabat dan nabi, lalu sahabatpun berkata “ ya alahi salam sudah kepenuhi apa yang kau perintahkan, maka tunjukkanlah kembali sulapmu”.
Sang baginda nabipun berkata “ hai sahabat dengan kejujuran dan keikhlasan yang kamu berikan, aku akan memohon pada Allah agar batu tersebut tidak menjadi makanan, akan tetapi akan aku jadikan sebongkah emas murni yang sangat mahal harganya sesuai dengan bongkahan yang kau ambil dan kau bagi iadi, batu yang paling besar bagianmu, batu yang sedang untukku “, Mendengar hal tersebut semakin timbul ketamakan dan kerakusannya sebagai manusia, dan tanpa malu sahabat bertanya pada sang baginda nabi “ya alahi salam bagaimana dengan batu yang kecil?” sambil berfikir sahabat berkata dalam hatinya “kenapa aku tadi tidak ambil batu besar semua ya, sehingga aku akan dapat bongkahan emas yang lebih banyak lagi” sang baginda nabipun dengan mukjizat yang diberikan olleh Allah mengetahui apa yang dipikirkan sang sahabat, dan beliaupun berkata ”dan batu yang paling kecil akan aku serahkan kepadamu, sehingga kau akan menjadi orang yang sangat berlebih”, “bagi Allah hal ini sangat lah mudah dan sangatlah kecil bila ia menghendaki, maka akan segera kutunjukkan kepadamu bila kejujuran dan keikhlasanmu kau tunjukkan kepadaku yaitu dengan menjawab pertanyaanku tadi, mengenai keberadaan sepotong roti bagianku tadi?”
Sang sahabat berpikir dan berkata dalam hatinya ”sudah tiga kali sang baginda nabi menyatakan demikian , menanyakan sepotong roti tadi yang telah aku makan yang sebetulnya bagiannya” berkecamuk pulalah dihatinya bila mengingat bongkahan emas yang akan didapatnya , dan bergejolak pulalah hatinya bila mendengar persayaratan ‘kejujuran serta keikhlasan’, bila ia jujur berarti dia harus mengaku bahwa ia telah dengan lahap memakan bagian dari sang nabi, dan berarti ia telah berbohong dan menyangkal pernyataannya tadi bahwa sang nabi hanya membawa sepotong roti.
Terjadi perang batin di dalam hatinya saling tarik menarik, satu sisi mengenai bongkahan emas yang akan didapatnya, satu sisi mengenai pengakuan kebohongan-kebohongan yang telah ia sampaikan dihadapan sang baginda nabi.
Akhirnya hatinya telah menguasai pikirannya sehingga ia berpikiran bahwa apapun yang terjadi bongkahan emas adalah suatu pengharapan yang dapat membawa kebahagian hidupnya.
“bagaimana sahabat?” tegur sang baginda nabi ketika dilihatnya sang sahabat merenung-renung menjawab pertanyaan yang ia sampaikan. “ ah eh oh ….ya alahi salam “ tergagap sang sahabat menjawab teguran sang nabi, iapun akhirnya berkata “ ya alahi salam bila kau syaratkan kejujuranku, maka aku akan sampaikan bahwa benar yang kau berikan adalah dua potong roti, namun karena engkau lama sekali masuk kedalam rumah dan masih ada satu potong roti maka tanpa ijinmu aku mengambil dan memakannya ya alahi salam, ya nabi saya sudah jujur dan sekarang berikanlah kedua bongkah emas dari dua batu tersebut kepadaku seperti yang kau janjikan”.
Sang baginda nabipun dengan sabar dan bijak berkata “ hai sahabat terima kasih kamu sudah jujur, namun aku belum bisa mohonkan kepada Allah bongkahan batu-batu ini menjadi emas karena kejujuranmu yang kau sampaikan kepadaku tadi tidak ada keikhlasan sama sekali, kamu mau mengakui kesalahanmu hanya semata-mata untuk mendapatkan bongkahan emas, bukan menyadari bahwa kamu telah mendustai Allah serta tidak mempercayai mukjizat yang diberikan Allah kepadaku, yang kau tahu semua semata-mata hanyalah sulap atau sihir dariku”.
Sahabat alumni atas syahdan riwayat tersebut, pelajaran serta hikmah yang dapat kita ambil adalah :
1. Keteladanan nabi atas kesabarannya serta keikhlasannya untuk menyadarkan seseorang, walau beliau dibohongi.
2. Terkadang kita bicara seolah-olah mengakui apa adanya namun dengan harapan mendapatkan sesuatu.
3. Kerakusan akan membuat seseorang melakukan apa saja untuk mendapatkan citanya.
4. Mungkin diantara kita masih sering menganggap keesaan Allah melalui mukjizat yang diberikan kepada para nabi maupun rasul hanya bagian daripada sulap atau sihir;
5. Menganggap peringatan-peringatan Allah yang diberikan seperti bencana dsb, hanyalah kejadian dan fenomena alam belaka;
6. Keikhlasan dapat menunjukkan, bahwa kita tidak bisa bohong ataupun tidak jujur dihadapan Allah sang maha pencipta dan sang maha mengetahui, walau kita telah tidak jujur pada diri kita sendiri.
Mari menjadi bahan renungan bagi mata hati dan mata batin kita………………
Catatan penulis :
Alkisah ini sudah lama terjadi dan diceritakan dari mulut kemulut sehingga mungkin ada satu beberapa yang tidak pas, mohon untuk dapat dimaklumi, namun pelajaran dan makna yang disampaikan tidak merubah esensi, penceritaan dikembangkan oleh imajinasi penulis, mohon maaf dan maklum bila kurang tepat dalam penyampaian.