"PRAKATA REDAKSI"

Salam Alumnus,

Selamat Tahun Baru 2015

VIVA UNSOED





"MARHABAN YA RAMADAHAN" Oleh Agus Brenk



Tiada terasa waktu mengantarkan kita ke bulan yang kita tunggu, bulan suci Ramadhan semakin dekat, semua umat muslim menyambutnya dengan perasaan suka cita, karena Allah memberi kesempatan yang kesekian kali pada kita untuk menunaikan ibadah.   Namun rekan ternyata ada juga segolongan manusia tidak bersuka cita menyambutnya.
Dari beberapa referensi, diketahui pada dasarnya dalam menyambut bulan Ramadhan, manusia  terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu:

A.    GOLONGAN  YANG MENYAMBUTNYA DENGAN DUKACITA
Orang seperti ini adalah yang merasa berat dengan datangnya bulan ramadhan. Jika ramadhan akan tiba, yang terpikir adalah bagaimana supaya bulan sya’ban yang akan berakhir bisa dimanfaatkan sebaik-sebaiknya untuk melampiaskan syahwat sepuas-puasnya. Karena dalam benaknya ramadhan adalah bulan yang membelenggu. ia menganggap ramadhan sebagai tamu yang memberatkan. Karena itu, jika ramadhan ini tiba ia harus bersusah payah bersabar bahkan melipat gandakannya. Saat payah seperti itu, yang terbayang adalah suasana indah sebelum  ramadhan. Jikapun ia sudah berada di bulan ramadhan, belum tentu ia dapat menuntaskan puasanya, apalagi menjalankan ibadah-ibadah yang dalam pandangannya tidak kalah menyiksanya, seperti shalat tarawih dan membaca al-Qur’an. Menjelang idul fitri, dialah orang yang paling pertama merayakannya dengan menghabiskan sepuluh malam terakhir ramadhan di pusat-pusat perbelanjaan.
Manusia seperti ini agak kesulitan menghadapi bulan ramadhan karena dua kemungkinan:

      PERTAMA, mereka sudah terbiasa hidup enak. Tidak ada kenikmatan yang diiklankan kecuali ia sudah cicipi. Sejak dari makanan, minuman, pakaian, sampai seluruh pernak-pernik kehidupan yang melalaikan. Maka, ketika ramadhan datang sirnalah semua kelezatan itu.
       KEDUA, pada dasarnya jiwa orang seperti ini kerdil di depan berbagai macam bentuk ketaatan. Berbagai ibadah yang dianjurkan supaya diperbanyak di baulan mulia ini, seperti sebuah batu besar yang hendak dipikulkan kepadanya. Ia bergitu heran melihat orang-orang mondar-mandir dari masjid kerumah melaksanakan shalat jama’ah lima waktu padahal mereka sedang puasa. Ia tidak sanggup membayangkan ada orang yang tahan berdiri sangat lama dalam shalat tarawih. Bisa juga disebabkan orang seperti ini adalah orang yang melalaikan ibadah yang wajib diluar ramadhan. Maka, ibadah apa yang mampu mereka kerjakan di bulan yang mubarak ini. Tapi, masih beruntunglah orang seperti ini karena ia masih memiliki iman yang membuatnya malu jika meninggalkan kewajiban-kewajiban ramadhan. Masih beruntung manusia seperti ini karena ia hidup di lingkungan orang-orang shalih, sehingga ia masih malu jika tidak menjalankan ketaatan di bulan ramadhan.

B.     GOLONGAN  YANG MENYAMBUTNYA DENGAN SUKACITA

Mereka ini yang merasa gembira saat ramadhan datang. Jelang ketibaannya seperti angin sejuk yang bertiup sepoi-sepoi yang menyejukkan jiwanya. Ini dikarenakan

         PERTAMA, mereka sudah terbiasa puasa, kebiasaan ini membuatnya terbiasa bersabar sehingga saat ramadhan tiba ia begitu enjoy. Mereka ini mengerti betul bahwa ada puasa yang dianjurkan selain puasa ramadhan seperti: puasa Daud, senin kamis, puasa putih (ayyamul bidh), puasa Arafah, puasa syawwal dll. Selain untuk membiasakan diri juga sebagai tambahan taqarrub kepada Allah. Mereka saat ramadhan tiba ia menghadapinya seperti biasa-biasa saja seakan tak ada beban. Berbeda dengan mereka yang tidak terbiasa, puasa ramadhan sangat berat.

Salafus shalih adalah generasi teladan dalam mengamalkan ibadah sunnah. Disebutkan bahwa, ada seorang jaariyah (budak wanita) yang dijual oleh tuannya kepada tuan yang baru. Sesampai di rumah tuannya yang baru, ia melihat kesibukan seisi rumah. Spontan ia bertanya kepada seisi rumah, “apa yang kalian lakukan ?”. ”Bukankah ramadhan sudah tiba?” sergah tuannya. Spontan jariah tersebut berkata, “apa kalian tidak puasa kecuali dibulan ramadhan ?”. “Demi Allah-lanjut jariah ini-saya datang dari kaum yang seakan-akan setahun bagi mereka  seluruhnya adalah ramadhan. Saya tidak butuh kepada kalian, kembalikan saya kepada mereka (tuannya yang lama)”

         KEDUA, mereka mengetahui bahwa tidaklah mereka menahan diri dari berbagai larangan kecuali Ia akan mendapatkan gantinya dari Allah. Terlebih ia mengerti betul makna hadits qudsi,
 الصوم لي وأنا أجز به
“Puasa itu untukKu, dan Sayalah yang akan membalasnya”
 من ترك شيئا لله عوض الله خيرا منه
 inilah mendasari perasaan orang beriman sehingga mereka begitu ringan menjalankan ketaatan. Semua beban yang dirasakan dalam puasa serta berbagai ketaatan akan diganti Allah di surganya. Seperti yang disebutkan dalam sebuah atsaar

“Siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah maka Allah akan menggantikannya di akhirat denag sesuatu yang lebih baik dari yang ia tinggalkan”.

         KETIGA, mereka mengetahui bahwa ramadhan adalah musim keta’atan yang sangat agung. Mereka tahu bahwa Allah mengganjar dengan ganjaran yang berlipat melebihi dari bulan-bulan yang lain. Maka jangan heran  jika mereka begitu antusias dengan kedatangan bulan ramadhan. 
Demikianlah gambaran umum kaum muslimin di ambang ramadhan. Kita berharap Allah memasukkan kita ke dalam golongan yang kedua, yaitu Golongan Yang Merindukan datanganya Ramadhan, yang senantiasa rindu dengan ramadhan dengan doa dan ketaqwaaan. Aminn ya roballalamin

Form Sumbangan Artikel, Konsultasi, Kritik & Saran Anda


Nama
Email
Judul
Artikel/Uraian
Image Verification
captcha
Masukkan Kode di Sebelah Ini:
[ Refresh Image ] [ What's This? ]