"PRAKATA REDAKSI"

Salam Alumnus,

Selamat Tahun Baru 2015

VIVA UNSOED





"Nasib Penikmat Jasa" Oleh Agus Brenk




Mendengar berita  hukum di media massa akhir-akhir ini rasanya jadi miris hati ini, bagaimana tidak ternyata untuk memperjuangkan hak kita terhadap suatu nikmatnya pelayanan bisa beresiko pada masalah hukum, maupun resiko lain di masyarakat seperti diusir maupun dikucilkan.
Dahulu ada pepatah bagi para penyedia jasa, bahwa “PEMBELI/KONSUMEN ADALAH RAJA” , dengan konsep itu dahulu para pebisnis maupun penyedia layanan berlomba untuk menarik simpati para konsumen atau penikmat jasa dengan pelayanan yang tak terkira, para pebisnis atau pemberi jasa sangat menghindari adanya suatu “complain” dari para pelangganya. 

Saya bayangkan kehidupan di desaku, dulu Mbok Pecel  selalu bilang “monggo dipun tumbasin” (silakan beli) dan apabila kita “complain” kurang bumbu maka buru-buru ditambahnya, dengan masih bertanya “pripun. taksih kirang mboten”,(bagaimana, apakah masih ada yang kurang?) duh begitu menjunjung tinggi motto di atas dan indahnya pelayanan pelanggan yang di berikan oleh suatu komunitas masyarakat yang santun.
Kehidupan desa tersebut berbanding terbalik bila dilihat kejadian akhir-akhir ini, kita tengok saja masalah yang dihadapi ibu Prita, seorang konsumen/penikmat jasa sekaligus pasien dari rumah sakit yang ternama akhirnya harus mengikuti putusan lembaga tertinggi pengadilan untuk menikmati dinginnya sel, sekaligus harus berpisah dengan suami dan anak-anaknya yang masih kecil, “hanya” gara-gara “complain” terhadap pelayanan jasa kesehatan, namun malah terjerat masalah pidana karena “mencemarkan” nama baik sebuah perusahaan yang berbentuk “Rumah Sakit” ; ada lagi kisah dua anak kembar pelajar sekolah dasar di Malang Jawa Timur yang terpaksa harus pindah sekolah karena orang tuanya protes dan melayangkan surat  ke Bupati karena ketidakpuasannya terhadap pelayanan sekolah, adalagi diseputaran Surabaya tentang seorang wali murid yang di hujat massa bahkan terpaksa pindah dari tempat tinggalnya karena membongkar contek massal di SD.
Sepertinya masih banyak lagi cerita-cerita di negeri ini mengenai ketidakpuasan akan nikmatnya sebuah pelayanan namun malah berbuntut diadukan balik, apa yang terjadi sesungguhnya, kiranya petinggi serta pengemban kewenangan ataupun wakil rakyat di negeri ini selayaknya harus sering melakukan “study banding” namun yang tepat sasaran serta hemat anggaran, biar para petinggi ataupun wakil rakyat mengatahui kondisi pelayanan umum rakyat, bisa dibandingkan pelayanan rumah sakit berkelas dengan rumah sakit umum daerah, sekali-sekali di cobalah perbandingannya dengan jaket rakyat dimulai dari loket masuk lembaga pelayanan misalnya kelurahan, puskesmas sampai UGD, cobalah sekali-sekali bilang tidak bawa uang pendaftaran,..pasti deh merasakan sakit dulu yang agak lama terus dilayani setelah ada yang memberi jaminan uang pendaftaran.  Kalau  tuan-tuan pembesar serta wakil rakyat pernah study banding seperti ini kayanya lebih bermanfaat dan lebih banyak mudharatnya, karena bisa memberikan solusi serta usulan jalan keluarnya.
Memang berat tugas para kaum petinggi serta wakil rakyat dalam mengemban tugas, namun sepertinya lebih berat lagi ya harapan rakyat bawah mendapat nikmatnya pelayanan setelah membayar aneka pajak, restribusi, ataupun pemasukan resmi lainya ke Negara.

Wassalam

Form Sumbangan Artikel, Konsultasi, Kritik & Saran Anda


Nama
Email
Judul
Artikel/Uraian
Image Verification
captcha
Masukkan Kode di Sebelah Ini:
[ Refresh Image ] [ What's This? ]